kala itu senja terasa biasa saja
kala itu Jogjakarta masih menjadi primadona
ingin rasanya segera kembali menikmati suasananya
dan, hari demi hari berjalan selambat-lambatnya
sampai mentari itu tiba
mentari yang membawa kebahagiaan melalui cahaya dan sinarnya
pikiranku terhenti, takjub seketika
oh Tuhan, lagi, Engkau buatku bertanya-tanya
kucoba menelisik pikiran dan bersenandung dengan logika
namun malang, fakta, rasa dan hal-hal tak terduga selalu mematahkannya
begitu menyatu sempurna, antara tingkah laku, tatapan dan tutur kata
sejak saat itu langit senja, tak lagi sama
ya, senja menjadi terasa sangat istimewa
bahkan hingga senja menghilang, sampai mentari pagi datang untuk menyapa
pandanganku menjadi liar, sering beradu tanpa sedikitpun berkedip mata
sembari meyakinkan pikiran yang masih melukiskan tanda tanya
namun daya analisis ini menjadi kacau di tingkat terlemahnya
apa boleh buat, kumencoba mengalir menikmatinya
hangat mentari pagi, teriknya matahari siang, serta senja yang menjadi istimewa
malam-malam dingin, hingga merdunya rintik hujan yang menyatu dengan dandelion di dialog dini hari kita bersama
gembira, senang, riang, dengan sedikit keraguan terasa
oh Tuhan, momen ini momen yang sempurna
baru menyadari dan sangat terlambat sialnya
aku memuja hari karena mampu menciptakan keindahan ini
namun akhirnya hari itu sendiri yang memunculkan benci
dengan tadinya berjalan sangat lambat berubah menjadi sangat cepat terlalui
mendetonasi bahwa rutinitas normal telah menanti-nanti
ya, sang dimensi begitu kejam, tegas dan tak dapat kembali
kini sedikit kesedihan berganti datang menyelimuti
tanda tanya menaikkan kastanya menjadi sebuah misteri
biarkan saja, tak banyak yang bisa dilakukan lagi
didukung realita yang selalu tak seindah teori
bagaikan tebing terjal yang tak mungkin untuk dilalui
peran dan perwatakan yang tak lagi asing ini kembali kugeluti
ketika bicara juga sesulit diam, maka bisu ini akan selalu bersembunyi
kala ini sang aktor sedang menyajikan sebuah karya seni
berjalan lebih jauh, menyelam lebih dalam, jelajah semua warna
bersama
kala itu Jogjakarta masih menjadi primadona
ingin rasanya segera kembali menikmati suasananya
dan, hari demi hari berjalan selambat-lambatnya
sampai mentari itu tiba
mentari yang membawa kebahagiaan melalui cahaya dan sinarnya
pikiranku terhenti, takjub seketika
oh Tuhan, lagi, Engkau buatku bertanya-tanya
kucoba menelisik pikiran dan bersenandung dengan logika
namun malang, fakta, rasa dan hal-hal tak terduga selalu mematahkannya
begitu menyatu sempurna, antara tingkah laku, tatapan dan tutur kata
sejak saat itu langit senja, tak lagi sama
ya, senja menjadi terasa sangat istimewa
bahkan hingga senja menghilang, sampai mentari pagi datang untuk menyapa
pandanganku menjadi liar, sering beradu tanpa sedikitpun berkedip mata
sembari meyakinkan pikiran yang masih melukiskan tanda tanya
namun daya analisis ini menjadi kacau di tingkat terlemahnya
apa boleh buat, kumencoba mengalir menikmatinya
hangat mentari pagi, teriknya matahari siang, serta senja yang menjadi istimewa
malam-malam dingin, hingga merdunya rintik hujan yang menyatu dengan dandelion di dialog dini hari kita bersama
gembira, senang, riang, dengan sedikit keraguan terasa
oh Tuhan, momen ini momen yang sempurna
baru menyadari dan sangat terlambat sialnya
aku memuja hari karena mampu menciptakan keindahan ini
namun akhirnya hari itu sendiri yang memunculkan benci
dengan tadinya berjalan sangat lambat berubah menjadi sangat cepat terlalui
mendetonasi bahwa rutinitas normal telah menanti-nanti
ya, sang dimensi begitu kejam, tegas dan tak dapat kembali
kini sedikit kesedihan berganti datang menyelimuti
tanda tanya menaikkan kastanya menjadi sebuah misteri
biarkan saja, tak banyak yang bisa dilakukan lagi
didukung realita yang selalu tak seindah teori
bagaikan tebing terjal yang tak mungkin untuk dilalui
peran dan perwatakan yang tak lagi asing ini kembali kugeluti
ketika bicara juga sesulit diam, maka bisu ini akan selalu bersembunyi
kala ini sang aktor sedang menyajikan sebuah karya seni
berjalan lebih jauh, menyelam lebih dalam, jelajah semua warna
bersama
source : banda neira |